Kecerdasan Ibrahim AS Dalam Menyelesaikan Masalah
Khotbah Idul Adha 1442 H
Oleh: Nurdin Qusyaeri I Presiden Masjid Qudwah
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamdu.
Bapak/Ibu jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Marilah kita mulai pagi yang cerah ini dengan memuji dan bersyukur keharibaan Allah SWT. Atas ridho dan nikmatnya, tahun ini kita masih bisa menikmati kehadiran Iedul Qurban.
Sebagai ungkapan rasa syukur, dengan kerendahan hati kita kumandangkan takbir, tahmid dan tahlil, baik sendiri-sendiri maupun berkelompok, mengagungkan asma Allah, sekaligus melaksanakan perintah-Nya.
Hadirin kaum muslimin yang berbahagia!
Sekarang, perlahan-lahan, sedikit demi sedikit marilah kita kosongkan pikiran kita sejenak. Pejamkan matanya beberapa detik. Bayangkan. Ingat-ingat, Siapa kira-kira orang yang paling berjasa dalam hidup anda! Lihat ke kiri dan ke kanan. Periksa orang-orang terdekat yang anda cintai: Ibu, ayah, kakak-adik, istri, suami, sahabat, kekasih, tetangga dan handai taulan. Mungkin ada diantara mereka yang tidak bisa berkumpul lebaran bersama? Mungkin ada diantara mereka yang tidak ikut mempersiapkan lebaran bersama kita. Mereka tidak ikut menggemakan takbir, tahmid dan tahlil bersama kita. Mereka tidak ikut ke lapang bersama kita. Karena mereka telah mendahului kita. Setahun, beberapa bulan, bbrp minggu, bahkan bbrp hari yang lalu. Mereka lebih dulu “mudik” ke kampung halaman abadi, yaitu Kampung Akhirat.
Padahal tahun lalu mereka masih senda gurau dengan kita. Mereka masih kumpul, berqurban, nyate bersalaman sambil berpelukan. Ya Allah hari ini kami yang mengenang mereka, tahun depan siapa tahu kamilah yang dikenang dan diingat. Semoga engkau ya Allah berkenan memasukan rasa kebahagiaannya di alam kubur serta berkenan mengampuni atas khilaf serta salahnya ketika di dunia. Aamiin.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa lillahilhamdu.
Idul Adha tahun ini sama-sama kita rayakan saat warga dunia khususnya negara Indonesia ini masih dirundung oleh ragam ujian. Salah satu ragam ujian itu adalah pandemi Covid 19 yang sudah berlangsung selama hampir 2 tahun. Efek pandemi ini luar biasa mengakibatkan bergelimpangan nyawa tak terhitung bahkan dalam sehari pernah terjadi 1.205 orang meninggal. Tingkat dunia WHO telah mencatat sebanyak 4jt orang lebih meninggal dunia. Sedangkan se Indonesia, kematian Covid-19 tembus 73.582 orang dengan total kasus positif Covid-19 di Indonesia sejak Maret 2020 mencapai 2.877.476.
Kepada yang meninggal dunia, Semoga Allah berkenan memasukan dalam golongan orang yang mati syahid. Dan kepada yang masih terpapar penyakit, semoga Allah segera mengangkat penyakitnya dan menyembuhkanya. Serta memberikan kesabaran dan ketabahan kepada keluarga yang ditinggalkannya. Aamiin.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa lillahilhamdu. Hadirin kaum muslimin yang berbahagia.
Pada hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1442 H seluruh umat Islam di seantero dunia memperingati hari raya Idul Adha atau Hari Raya Qurban. Sehari sebelumnya, 9 Dzulhijah 1440 H, ada sebagian umat Islam yang menunaikan ibadah haji wukuf di Arafah, berkumpul di Arafah dengan memakai ihram putih sebagai lambang kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan antar satu bangsa dengan bangsa yang lainnya kecuali takwa kepada Allah. Di Hari ini juga kita kembali di ingatkan kepada kisah seorang kholilulloh kekasih Allah SWT, Nabi Ibrahim AS yang Allah uji kecintaannya, antara cintanya kepada keluarga (nabi Ismail AS dan Siti Hajar) dan cintanya kepada Allah. Ternyata cintanya kepada Allah melebihi dari segalanya, sehingga Ibrahim mendapat gelar, Khalilullah.. alias kekeasih Allah.
Bukti cinta dan Taqwanya Ibrahim kepada Allah Swt. Itu, dikisahkan, Nabi Ibrahim pernah berqurban 1000 kambing, 300 sapi, dan 100 unta. Menyaksikan Ibrahim itu membuat orang-orang dan para Malaikat berguncang! Ibrahim berkata: “Setiap apapun yang membuat aku dekat dengan Allah, maka tidak ada sesuatu yang berharga bagiku. Demi Allah, jika aku mempunyai seorang anakpun niscaya aku akan menyembelihnya ke jalan Allah. Jika itu bisa membuatku dekat kepada Allah”. Itulah “sesumbar Ibrahim”.
Pada pagi ini mari kita kenang lagi manusia-manusia agung, manusia-manusia besar itu; seperti Siti Hajar, Isma’il dan Nabi Ibrahim itu dengan mengenali, mengetahui ujian-ujian/cobaan-cobaan yang Allah berikan kepada Keluarga Ibrahim itu.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamdu.
Bapak/Ibu jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Sejarah berkurban diawali pada saat Nabi Ibrahim merasakan kesepian. Karena hingga umurnya mencapai 86 tahun, nabi Ibrahim tak kunjung dikaruniai anak. Hal ini disebabkan istrinya, Sarah, yang mandul. Ibrahimpun tak henti2nya memanjatkan doa, “Ya Tuhanku karunialah aku seorang anak yang salih” (Qs.37:100).
Selang beberapa waktu, Allah menjawab keluh kesah dan rintihan Ibrahim dengan mengaruniakan seorang putra bernama Ismail (dari Bahasa Ibrani: yisma – mendengar – dan il -Tuhan- yang berarti: Tuhan mendengar) melalui hamba perempuannya yang bernama Hajar.
Sejak kecil kehidupan Ibrahim selalu dihadapkan pada berbagai ujian; mulai ayahnya, Adzar yang bersikeras menyembah patung, masyarakatnya yang glamor/hedonistik, penguasa dzalim sampai Ibrahim pernah dibakar hidup2, berpisah dengan keluarga selama 13 tahun dan terakhir dicoba untuk menyembelih anak kesayangannya Ismail AS. Tetapi Ibrahim selalu lulus dalam menghadapi berbagai ujian hidup tersebut sehingga Allah pun melantik beliau sebagai Imam/bapak para nabi dalam ketaatan kepada Allah yang harus diikuti oleh seluruh mausia, sebagaimana dijelaskan dalam Qs Al-Baqarah:124.
وإذ ابتلى إبراهيم ربه بكلمات فأتمهن قال إني جاعلك للناس إماما قال ومن ذريتي قال لا ينال عهدي الظالمين
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang dzalim” (QS 2:124.
Diantara ujian hidup yang paling berat dan tidak masuk akal yang dihadapi Ibrahim As adalah harus mengasingkan/menghijrahkan istrinya, Siti Hajar dan bayi kesayangannya, Ismail dari Palestina ke sebuah tempat yang sangat gersang, tandus saat itu belum berpenghuni, alias tidak berkehidupan, tidak ada air tidak ada makanan dan perbekalan yang memadai dengan jarak tempuh 1.736 km, yang bila ditempuh dengan jalan kaki butuh waktu 40 hari.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamdu.
Bapak/Ibu jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Ketika seseorang dihadapkan pada masalah atau ujian, maka yang dibutuhkan adalah IQ (kecerdasan Intelektual), EQ (kecerdasan emosional), SQ (kecerdasan spiritual) dan AQ (kecerdasan Adversity yakni kecerdasan bagaimana menyelesaikan sebuah permasalahan).
Tipe manusia ketika mengahadapi masalah diibaratkan ketika seseorang mendaki sebuah gunung yang tinggi.
Ada tipe yang berhenti dari pendakian; banyak mengeluh, bekerja tidak serius, datang dan duduk di mesjid seenaknya, kalau sholat jumat sekedar gugur kewajiban. Ia berhenti dari pendakian.
Ada tipe yang cukup memiliki motivasi sudah menunjukkan upaya dan mencoba namun tak cukup sungguh-sungguh mengejar cita-cita dan akhirnya menyerah, dan kalah di tengah jalan. Ia mudah marah, banyak ngeluh, banyak curhat dan tidak sabar menghadapi rintangan hidup.
Tapi ada tipe seperti pemanjat sejati yang, menyiapkan dirinya untuk meraih sukses dan siap mengahadapi tantangan sesulit apapun. Ini adalah tipe pemiikir kreatif, memiliki motivasi tinggi dan memiliki sikap optimis dalam menghadapi perbagai persoalan hidup.
Ketika Nabi Ibrahim sukses dilantik menjadi Imam untuk seluruh manusia beliaupun ingin mewariskan kesuksesan tersebut kepada turunannya seperti diungkapkan dalam do’a dibawah ini:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ ءَامِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ اْلأَصْنَامَ {35} رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ {36}
Dan perhatikan ketika Ibrahim berdo’a: ”Tuhanku ! Jadikanlah negri ini negri yang aman dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala (35) Tuhanku! Sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak manusia. Barangsiapa mengikutiku maka ia termasuk golonganku dan siapa yang mendurhakaiku maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (36)
Begitu juga selama diperjalanan beliau banyak menyaksikan komunitas manusia yang ia lewati sedang menyembah al-Ashnâm, patung yang berkepala manusia atau binatang dan berhala yang berbentuk batu atau barang.
Ada dua permohonan Nabi Ibrahim As dalam kedua ayat tersebut: Pertama, permohonan keamanan lingkungan negri Makkah yang akan jadi tempat tinggal Hajar dan Ismail jadi negeri yang aman. Kedua, permohonan keamanan atau perlindungan agar anak cucunya tetap di jalur fitrah selalu taat beribadah dan mentauhidkan Allah Swt tidak tergoda oleh materi yang memalingkan dari ketaatan kepada Allah Swt.
رَبَّنَآ إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ {37} رَبَّنَآ إِنَّكَ تَعْلَمُ مَانُخْفِي وَمَانُعْلِنُ وَمَايَخْفَى عَلَى اللهِ مِن شَىْءٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَفِي السَّمَآءِ {38}
Ya Allah Ya Tuhan kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di satu lembah yang tidak ada pepohonan di dekat rumah-Mu yang dihormati. Ya Allah! Mampuhkan mereka untuk bisa melaksanakan shalat, jadikan hati manusia merindukan mereka dan anugrahkan rezeki kepada mereka dari berbagai buah-buahan agar mereka bersyukur (37) Ya Allah! Sesungguhnya Engkau mengetahui yang kami sembunyikan dan apa yang kami tampakan dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah baik di bumi maupun di langit (38).
Pada saat Ibrahim sampai di lokasi Baitullah beliau menyimpan Hajar di Hijir Ismail samping Baitullah dengan perbekalan seadanya. Tanpa basa basi Ibrahim langsung pergi meninggalkan Siti Hajar dan Ismail yang masih kondisi bayi. Siti Hajarpun mengejar Ibrahim dan bertanya: ” Wahai suamiku, Mengapa engkau tega meninggalkan aku berdua bersama bayi di tempat yang tidak ada manusia, tidak ada makanan, tidak ada minuman, bagaimana kami bisa hidup?
Ibrahim tidak menghiraukan pertanyaan istrinya malah dia berpaling meninggalkannya. Bosan dan kesal dengan pertanyaan yang tak kunjung dijawab, Siti Hajar akhirnya bertanya sebelum berpisah: ”Allahu amaroka bihadza? (Apakah engkau meninggalkan kami di tempat ini merupakan perintah Allah?)
Nabi Ibrahim as menjawab meski tanpa menoleh, karena takut hatinya terpengaruh sehingga berakibat buruk, berubah pendirian dan tidak mampu melaksanakan perintah tidak masuk akal itu: “Benar wahai Istriku, aku diperintah Allah untuk melakukan ini”. “Wahai suamiku, jika ini memang perintah Allah, maka lakukan saja, aku yakin Allah tidak akan menelantarkan kami berdua disini”, kata Siti Hajar.
Sebagai seorang suami ia sangat mencintai istri dan anaknya tapi beliau lebih mengutamakan kecintaannya kepada Allah Swt. Ada tiga permohonan Ibrahim dalam do’anya agar istri dan anaknya diberi kecerdasan Adversity, kecerdasan menyelesaikan masalah:
- Liyuqîmûsh shalâta
Untuk diberi kemampuan melaksanakan shalat sejak usia dini. Shalat merupakan modal utama untuk mendapatkan kecerdasan IQ, EQ, AQ maupun SQ bahkan Rasulullah saw mewasiatkan agar membiasakan mendidik shalat kepada anak sejak usia 7 tahun.
Ketika kita punya anak balita sementara di depan rumah kita ada kolam maka hanya ada dua pilihan agar anak kita tidak tenggelam di kolam itu. Pertama, kita pagari kolamnya dan kedua, kita ajari anak kita berenang. Tentu pilihan kedua yang kita pilih lantaran kita tidak mungkin memagari kolam orang lain. Anak yang diajari dan dibiasakan shalat sejak usia dini tidak akan tenggelam dalam menghadapi berbagai macam persoalan di zaman now yang semakin hari semakin rumit.
- Agar dicintai dan dirindukan banyak orang.
Permohonan yang kedua agar turunan Ibrahim menjadi turunan yang dihujani dengan deras kecintaan seluruh manusia. Buah dari shalat harus tercermin dalam tutur kata yang santun dan prilaku terpuji yang memberi manfaat kepada orang lain.
Kecerdasan IQ, EQ, AQ dan SQ harus ditunjang dengan kecerdasan bermasyarakat/ Sosial, lantaran bisa jadi orang bergelar akademik tinggi tapi tidak bisa gaul dengan masyarakat malah mudah tersinggung ketika ada yang menegur.
Nabi Ibrahim memohon anaknya agar memiliki kecerdasan Sosial bisa berkomunikasi dan bergaul dengan orang-orang yang sama-sama merindukan Baitullah. Ajaklah anak-anak kita shalat berjamaah, ajari anak-anak kita shodaqoh dan ajari anak-anak kita bersilaturrahim agar memiliki kelembutan hati dan kepekaan, dan kepedulian sosial yang tinggi.
3. Permohonan ketiga Nabi Ibrahim: agar dimudahkan rezeki dan bersyukur
Perilaku dan tutur kata yang baik akan mengundang simpati dan rezeki dalam arti luas. Seorang pedagang yang santun dan jujur akan lebih mudah mendapat simpati konsumen dibanding dengan pedagang yang berbudi ketus dan kasar.
Pemimpin yang santun dan penyayang akan lebih dicintai rakyatnya ketimbang pemimpin yang sering membohongi rakyat dengan janji-janjinya. Nabi Ibrahim tidak minta disuburkan tanah Makkah yang gersang atau disejukkan udaranya seperti di Thaif tapi memohon agar keluarganya dianugrahi berbagai jenis buah-buahan yang mungkin berdatangan dari luar Makkah al-Mukarromah. Di penghujung ayat Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar keluarganya dimampukan menjadi orang-orang yang pandai bersyukur dengan apa yang dia terima.
Sepeninggal Ibrahim dengan berbekal keyakinan yang kuat (Kecerdasan Spiritual) Siti Hajar berdua ternyata harus menghadapi penderitaan yang amat sangat, sampai-sampai nyawanya berdua hampir direnggut kematian. Ketika bekal makanan yang ditinggalkan suaminya sudah habis, padahal air tidak mungkin bisa didapat ditempat yang kering itu, sedangkan anak yang digendongan menangis tiada henti minta disusui, padahal air susu sudah tidak keluar lagi karena perut sudah lama tidak terisi makanan, maka sang Ibu mencoba mencari pertolongan.
Dengan sisa tenaga yang ada Siti Hajar berlari-lari kecil antara dua bukit yang ada di sekitar tempat itu, bukit Shofa dan Marwa. Dari atas dua bukit tersebut dia melihat kesana-kemari, berharap dapat menemukan manusia yang bisa memberikan pertolongan kepadanya, namun sampai 7X pulang pergi, hasilnya tetap kosong juga. Sang Ibu yang sedang kelelahan dan lemas karena kelaparan itu tidak juga menjumpai seorangpun yang bisa memberikan pertolonggan kepadanya.
Ketika segala daya upaya mencari air sudah habis, maka air mata pun menjadi do’a. Saat itulah Allah turun tangan menganugrahkan air dari bawah telapak kaki anaknya yang masih bayi yang dalam bahasa Qibti disebut dangan kata zam zam.
Hampir 13 tahun Ibrahim meninggalkan Siti Hajar beserta anaknya. Dan ketika Ibrahim menemui keluarga di Baitullah malah Ismail anak yang sangat dirindukan sedang berada di Arafah. Di tempat itulah pertemuan yang pertama dilakukan, seraya Ibrahim berdo’a: ”Robbij’alnie muqîmasholâti wamin dzurriyyatie…QS Ibrahim:40-41. (Ya Allah jadikan aku dan turunanku orang-orang yang mampu mengaplikasikan nilai-nilai shalat dalam kehidupan).
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamdu.
Bapak/Ibu jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Ada perbedaan redaksi ketika Ismail masih bayi dgn menggunakan liyuqîmûshalâta (lebih kepada pembiasaan Shalat dan amal soleh lainnya). Sedangkan ketika Ismail usia remaja, dgn menggunakan Isim fa’il muqîmashsholaati yang berarti kemampuan untuk menegakan nilai-nilai shalat (ketauhidan) dalam seluruh aspek kehidupan.
Lantaran bisa jadi orang shalat di Masjid dengan aksesoris lengkap tapi di kantor malah maling merampok hak umat dan hak rakyat atau shalat terus maksiat jalan. Ketauhidan Ismail sangat teruji ketika dia harus disembelih dan iapun pasrah dengan ungkapan singkat: ”Ya abati if’al ma tu’mar satajidunî insyâallâhi minashshâbirîn (QS Ashshafât:102). Bapak,,,! Segera laksanakan apa yang Allah perintahkan, Insyaalah saya termasuk manusia penyabar. Kata Ismail.
Potret kehidupan keluarga Nabi Ibrahim merupakan cermin kehidupan yang harus kita teladani. Sebagai seorang suami, Ibrahim mengajarkan kecerdasan Adversity bagaimana menyelesaikan masalah hidup tanpa bantuan langsung dari sang suami lantaran suatu saat kitapun akan berpisah dengan keluarga yang kita cintai baik sementara atau selamanya. Begitu juga Ismail yang masih bayi ikut berlatih menyelesaikan masalah sejak usia dini bersama sang Ibu di tanah gersang dan tandus.
Ada kisah menarik. Ada seorang pengusaha muda sukses yang bergerak di bisnis transportasi dan SPBU, memiliki karyawan lebih dari 3000 orang dengan aset milyaran. Waktu ditanya tentang kiat-kiat kesuksesan mengelola perusahaan disaat yang lain banyak perusahaan yang gulung tikar tidak mampu bersaing. Ia mengisahkan: Kesuksesan yang ia raih tidak terlepas dari jasa didikan keras sang ayah dan kelembutan sang ibu. Sejak usia TK sang ayah selalu membawanya shalat berjamaah di masjid termasuk shalat subuh tidak pernah terlewatkan meskipun harus digendong.
Ia jarang di antar ke TK meskipun motor dan mobil ada tapi ia disuruh jalan kaki bersama teman sekampungnya. Sang Ibu selalu membekali makanan lebih untuk di makan bersama teman-temannya. Ketika SD malah lebih ketat bukan hanya shalat dan tidur tapi mandipun di awasi terutama jika lupa menutup keran dan memadamkan listrik ketika keluar kamar. Ketika masuk SMP dan SMA sepulang sekolah atau ada hari libur ia magang bersama ayahnya dibengkel dan dibayar seperti layaknya karyawan.
Selepas SMA ia meneruskan kuliah ke luar kota agar bisa hidup mandiri. Ketika selesai kuliah ia melamar ke sebuah perusahaan besar. Dimulai test tulisan diteruskan dengan psikotest sebagai penentu kelulusan. Ketika masuk komplek tempat psikotest, ia masuk sedangkan pintu gerbang masih terbuka, lalu dia tutup pintu tsb. Saat masuk halaman ada keran air bekas menyiram bunga tidak tertutup, lalu dengan spontan ia tutup kemudian selangnya digulung. Ketika masuk ruangan ada sampah berserakan lantas ia pungut sampah itu hingga bersih lalu dimasukkan ke tempat sampah.
Ketika hampir terakhir giliran di wawancara betapa kagetnya ia. Dia sudah dinyatakan lulus padahal belum diwawancara. Ketika minta penjelasan kepada direktur perusahaan tersebut, ia menjelaskan bahwa jawabannya ada di CCTV.
Ternyata, dari ratusan peserta yang mengikuti psikotest, hanya dia yang menutup pintu. Hanya dia yang menutup keran dan memungut sampah. Sang direktur berkata: ”Saya hanya butuh orang berahlakulkarimah memiliki karakter seperti anda. Yang pinter itu banyak tapi kebanyakan malah menjadi maling.
Ketika keluar ruangan ia langsung menelopon sang ayah dan ibu: ”Terima kasih ayah engkau telah didik aku disiplin shalat berjamaah, cinta kebersihan, cinta sesama dan sekarang aku sangat mudah diterima kerja. Luar biasa! Ia tidak harus nyogok sana sini, menjilat penguasa apalagi sampai menjual keyakinan demi uang yang tidak seberapa, ia hanya memiliki kecerdasan Spiritual hasil didikan orang tua disamping kecerdasan yang Sosial.
Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamdu.
Bapak/Ibu jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Setiap orang termasuk kita pasti akan dihadapkan pada persoalan hidup dan tidak akan lepas dari masalah atau urusan.
Hadapilah dengan optimis dan husnudlon lantaran Allah Maha Mengetahui sedangkan kita tidak mengetahui. Jangan terlalu lama menoleh ke belakang lantaran ada masa lalu yang menghantuimu dan jangan pula terlalu lama melihat ke depan lantaran ada masa depan yang membuatmu gelisah.
Lihatlah ke Atas di sana ada Allah yang akan membimbing kita ke jalan yang benar. Bergaullah dengan orang-orang soleh seperti do’a Nabi Ibrahim lantaran teman itu seperti anak tangga yang bisa dipakai membawa kita turun atau membawa kita naik naik. Maka hati-hatilah dalam bergaul.
Mudah2an dengan peristiwa qurban ini sikap dan sifat binatang yang ada dalam diri kita, bisa kita buang dan kita kubur sehingga kemanusiaan kita menjadi berarti yg membawa manfaat dan kemashlahatan bagi orang lain dan alam sekitar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamdu.
Mari sejenak kita menundukan pandangan dan hati kita untuk memohon kepada Allah Swt.
Ya Robbi, kami akui diri kami makhluk tak berdaya, makhluk yang hina, dibalik pakaian ini tersimpan hati yang busuk, rencana jahat, tubuh yang penuh dosa,
Kami sadar ya Allah, sebusuk apapun diri kami, di hari yang suci ini, tetap ingin dekat denganmu, ingin merasakan senangnya hidup dicintai oleh-Mu ya Rob. Sehingga, sekotor apapun diri ini aku ingin tetap bisa pulang kepadamu dengan hati nan bersih.
Duhai Allah yang maha pengampun, Jika ada yang hadir di majlis ini masih membawa kegelisahan, membawa kesulitan dalam hidupnya, di rumah tangganya, di pekerjaannya, kehidupan sosialnya, maka mohon ya Allah jangan biarkan meninggalkan tempat ini kecuali kau telah tenangkan, dan berikan jalan keluarnya.
Jika ada hambamu saat ini yang diuji dengan peyakit seberat apa pun jangan biarkan meninggalkan tempat ini kecuali kau angkat segala penyakitnya, hilangkan wabahnya, khususnya pandemi corona pada saat ini ya Allah.
Kami mohon, perbaiki jalan hidup kami agar di sisa kehidupan kami bisa lebih dekat dengan-Mu ya Rab,
Ya Allah jaga diri kami bersihkan kotoran-kotoran dan segala bentuk kemaksiyatan dari hati kami. Lembutkan hati kami, hati orang bertaqwa, bahkan orang bermaksiyat kepadaMu ya Allah, yang boleh jadi datang ke majlis ini berlumuran maksiyat yang telah dikerjakan.
Ya Allah ampuni kami para ayah. Jika sepenuh dosa di rumahtangganya akibat perbuatan kami para ayah maka ampuni dosa para ayah ya Allah.
Ya Allah mohon bagi kalangan ibu, Ampuni mereka. Jika para ibu yang hadir pada ied ini penyebab sepenuh dosa di rumahtangganya maka ampuni dosanya ya Allah.
Bimbinglah kami, untuk bertobat ya Allah, sentuh jiwa kami, sadarkan kami bahwa kami akan wafat dan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya,
Kami mohon ya Rab wafatkan kami dalam keadaan taubat kepadamu, mohon jangan biarkan kami wafat dalam berlumur dosa dan maksiyat,
Ya Allah jika pagi ini sebagai pembuka lembaran baru dalam hidup ini, kami mohon jadikan sisa hidup kami sebagai hidup yang bermanfaat, yg terbaik dengan ridlomu, dan bila pagi ini memang akhir sisa hidup ini jadikanla akhir yang husnul khatimah,
Yaa Allah kuatkan lisan kami dalam wafat kelak untuk mampu mengatakan kalimat tauhid “Laa Ilaa ha Illallaah”.. dan kau jawab dengan indah, yaitu dengan kalimat “Yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah, wahai jiwa2 yg tenang, Irjii ilaa robbiki radiyatan mardhiyyah, ayo sini, pulang pada Tuhanmu, aku ridlo padamu, Fadhulii fii ibaadi wadkhulii jannatii” Masuklah bersama hamba2ku yang shalih dan masuklah ke sorgaku!
Ya Allah ampuni dosa orang tua kami, nenak kakek moyang kami, saudara2 kami,
Jaga dan ampuni, dan muliakan ulama kami, ustad kami, guru-guru kami, kekasih-kekasih-Mu yang terus menerus berusaha agar kami dekat dengan-Mu tanpa pamrih, muliakan ya Allah, selamatkan keluarga dan keturunannya.
Ya Allah mohon anugerahkan kepada kami segala kebaikan di dunia, kemuliaan di akhirat, dan jauhkan kami dari ancaman neraka ya Allah.
Robbana Aatina Fid dunya Hasanah, wa fil akhirati hasanah waqina Adzaban Naar.
Subhaana robbika robbil ‘izzati ‘amma yashifun
Wasalaamun ‘alalmursalian walhamulillahirobbil ‘alamin..
Wassalamualaikum w.w.
Leave a Reply