MENJADI MANUSIA PILIHAN DI MASA PANDEMI
Dr. Iim Ibrohim, M.Ag
Ketua Yayasan Mutiara Embun Pagi dan Dosen FAI UM Bandung
Bismillahirrahmnarihim
Assalamu alaikum w.w
Lebaran 1442 h, merupakan tahun ke-2 bagi ummat manusia melalui ujian dari Allah SWT. Hingga saat ini Pandemi Virus Vorona masih menghantui. Sudah jutaan manusia meninggal dunia disebabkan virus itu. Data Wikipedia, Kompas.com, dan Merdeka.com pada tanggal 5/5/2021 misalnya, merilis data setidaknya terdapat 154 jt kasus, dengan 90,5 jt sembuh, dan 3,22 jt meninggal dunia. Lima negara terbesar ditempati oleh Amerika Serikat, India, Brasil, Prancis, dan Turki. Sedangkan di Indonesia sendiri, jumlahnya sudah mencapai 1.72 jt kasus. Sembuh 1.57 jt, dan wafat 47.218 orang. Jumlah tersebut terus mengalami perubahan, dan entah sampai kapan semua ini akan berakhir. Wallahu a’lam.
Ikhwatu iman rahimakumullah, Allah SWT telah menimpakan ujian-ujian kepada setiap ummat. Terlepas apa yang melatarbelakanginya, apakah kehendak Allah SWT. atau disebabkan ulah dari manusia itu sendiri. Yang terpenting bagi kita bagaimana menyikapi setiap ujian dengan elegan. Kita tidak dapat larut dalam kekecewaan, terlebih terus maratapi setiap ujian.
Jika melihat tinjauan kalam, terdapat beberapa tingkatan kelompok ummat manusia, yang justru akan mendapat kebaikan. Kelompok tersebut, pertama ialah orang-orang yang bersabar seraya mengembalikan segala urusan kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana firman-Nya;
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”(Q.S Al Baqarah; 155-156).
Ayat tersebut menunjukkan, bahwa manusia diuji dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Ujian-ujian tersebut nampak persis sebagaimana dampak dari covid 19 ini. Banyak ummat manusia yang takut terinfeksi, hingga dipaksa untuk melakukan pembatasan bebagai aktivitas, mulai urusan sosial, pendidikan, hingga masalah keagamaan. Ummat manusia mengalami kesulitas dalam mencari nafkah. Satu persatu jiwanya diambil oleh Allah SWT. Bahkan, untuk menunjukkan kuasanya, Allah SWT. mendahululan mengambil jiwa para ahli di bidang kesehatan. Ini tidak main-main.
Ikhwatu iman rahima kumullah. Ujian ialah suatu keniscayaan. Melewati suatu ujian dengan penuh kesabaran, seraya berupaya untuk keluar dari suatu ujian yang dialami, dipastikan akan dapat meningkatkan kualitas dirinya. Setelah itu, dipastikan ia akan menjadi para pemenang. Bahkan dalam hal ini, Allah SWT. mengisyaratkan bahwa yang kemudian itu, akan lebih baik daripada permulaan (al dhuha; 4). Artinya, setelah melalui semua ujian dengan penuh kesabaran, maka keberkahan akan diperolehnya insyaallah.
Kelompok kedua, ialah orang yang yang menguatkan kesabaran, dan ia senantiasa bersiap siaga, seraya tetap bertaqwa. Allah SWT menegaskan;
“Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung” (Q.S Ali Imran; 200).
Kata sabar, memang mudah diucapkan, tetapi sulit untuk dilakukan. Terkadang, orang yang menasihatkan kata “sabar” kepada orang yang yang terkena suatu musibah, belum tentu ia mampu melaluinya. Itulah di antara kuasanya Allah SWT. yang berupaya menguji keimanan seseorang. Namun yakinlah, Dia Allah tak pernah membiarkan hamba-hamba-Nya larut dalam suatu ujian. Orang-orang yang yakin, akan senantiasa menguatkan kesabaran. Seberapa bertubi-tubinya suatu ujian menimpanya, ia tetap dalam keimanan. Hingga pada akhirnya, allah SWT. akan menjadikan orang-orang seperti itu sebagai kelompok yang beruntung.
Kelompok ketiga ialah orang-orang yang mengingatkan saudara-saudaranya tetap berada pada jalan yang haq, dan terus berlaku sabar. Dalam hal ini, Allah mengungkapkan;
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Q.S Al Ashr; 3)
Tidak semua orang mampu menyikapi ujian dari Allah SWT. dengan penuh kesabaran. Terdapat kelompok orang yang terpaksa mengambil jalan pintas. Hal itu terjadi disebabkan lemahnya keimanan, hingga menuntunnya melakukan hal yang tidak dirihai Allah SWT. Oleh karena itu, orang-orang di level berikutnya, bersabarnya itu bukan untuk dirinya saja, melainkan senantiasa mengingatkan keluarganya, saudaranya, dan kaum muslim secara keseluruhan untuk tetap berada dalam kebenaran dan tetap berlaku sabar.
Kelompok keempat ialah orang-orang ketika menghadapi kasus seperti ini, justru tampil sebagai sebagai khadimu ummah. Meraka sadar, pandemi ini telah membuat banyak kelompok manusia terperosok. Mereka tampil menjadi penyelamat dengan segala konsekwensi. Hal ini ditegaskan Allah SWT. dalam firmannya;
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (Ali Imran: 104).
Kelompok ini, tentunya akan lebih dicintai oleh Allah SWT. dibandingkan dengan kelompok sebelumnya. Ia benar-benar tampil untuk menjadi bagian solusi dari permasalahan. Ia berikan apa yang dimilikinya secara proporsional. Masing-masing dapat tampil dengan kulifikasinya. Tim medis dengan ilmu kesehatannya. Para pendidik dengan ilmu pendidikannya. Para aghniya dengan kelebihan harta yang Allah SWT amanahkan. Pejabat daerah dengan powernya untuk mengatur pola kehidupan.
Kelompok ini bahkan mendapat keutamaan yang lebih dari Allah SWT. Selain memperoleh pahala atas apa yang ia lakukan, ia akan memperoleh pahala juga dari orang-orang terinspirasi melakukan tanpa mengurangi pahala mereka. Rasulullah saw bersabda;
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ (رواه مسلم)
Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (Hr. Muslim)
حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ مُوسَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ وَأَبِي الضُّحَى عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ هِلَالٍ الْعَبْسِيِّ عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ جَاءَ نَاسٌ مِنْ الْأَعْرَابِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ الصُّوفُ فَرَأَى سُوءَ حَالِهِمْ قَدْ أَصَابَتْهُمْ حَاجَةٌ فَحَثَّ النَّاسَ عَلَى الصَّدَقَةِ فَأَبْطَئُوا عَنْهُ حَتَّى رُئِيَ ذَلِكَ فِي وَجْهِهِ قَالَ ثُمَّ إِنَّ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ جَاءَ بِصُرَّةٍ مِنْ وَرِقٍ ثُمَّ جَاءَ آخَرُ ثُمَّ تَتَابَعُوا حَتَّى عُرِفَ السُّرُورُ فِي وَجْهِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Jarir bin ‘Abdul Hamid dari Al A’masy dari Musa bin ‘Abdullah bin Yazid dan Abu Adh Dhuha dari ‘Abdurrahman bin Hilal Al ‘Absi dari Jarir bin ‘Abdullah dia berkata; Pada suatu ketika, beberapa orang Arab badui datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan mengenakan pakaian dari bulu domba (wol). Lalu Rasulullah memperhatikan kondisi mereka yang menyedihkan. Selain itu, mereka pun sangat membutuhkan pertolongan. Akhirnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan para sahabat untuk memberikan sedekahnya kepada mereka. Tetapi sayangnya, para sahabat sangat lamban untuk melaksanakan anjuran Rasulullah itu, hingga kekecewaan terlihat pada wajah beliau. Jarir berkata; ‘Tak lama kemudian seorang sahabat dari kaum Anshar datang memberikan bantuan sesuatu yang dibungkus dengan daun dan kemudian diikuti oleh beberapa orang sahabat lainnya. Setelah itu, datanglah beberapa orang sahabat yang turut serta menyumbangkan sedekahnya (untuk diserahkan kepada orang-orang Arab badui tersebut) hingga tampaklah keceriaan pada wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.’ Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Siapa yang melakukan satu sunnah hasanah dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkan sunnah tersebut setelahnya tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan siapa yang melakukan satu sunnah sayyiah dalam Islam, maka ia mendapatkan dosanya dan dosa orang-orang yang mengamalkan sunnah tersebut setelahnya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.” (HR Muslim 4830)
Kelompok kelima bisa dikategorikan sebagai top level. Kelompok ini, bukan sekadar bersabar, menguatkan kesabaran, menasihati orang lain untuk bersabar, tampil sebagai penyelamat, tetapi ia relakan semua yang dimilikinya untuk menjadi solusi atas suatu permasalahan. Mereka hanya menyisakan keimanan kepada Allah SWT. Ia yakin Allah akan menjadi pelindung. Maka tak heran jika ia merelakan semua yang dimilikinya untuk kemaslahatan. Hal ini telah dilakukan oleh para nabi dan sahabat pilihan. Sebut saja Abu Bakar Sidik, yang saat akan berperang membela Islam (Perang Tabuk), ia serahkan semua harta yang dimilikinya, dan hanya menyisakan Allah dan rasulnya.
Sikap yang ditunjukkan Abu Bakar ini, menjadi salah satu penyebab diturunkannya al quran surah al lail 17-21.
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu. Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya. Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (Dia memberikan itu semata-mata) Karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan” (Q.S Al Lail; 17-21).
Semoga kita menjadi bagian dari kelompok-kelompok orang yang tetap berbahagia, dengan apapun ujian yang Allah SWT. berikan sesuai kadar kemampuan kita. Amin
Ikhwatu iman rahima kumullah. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, tujuan akhir dari ibadah shaum ialah meningkatnya kualitas ketakwaan kepada Allah SWT. Ketakwaan pula yang akan menjadi pembeda kualitas setiap hamba di hadapan Allah SWT. “Sesungguhnya orang yang paling mulia di hadapan Allah, ialah orang-orang yang paling bertakwa di antara kalian” (Q.S All Hujurat: 13). Oleh karena itu, di hari yang fithri ini, fasca ramadhan 1442h, kita sama-sama berupaya untuk meningkatkan kualitas ketakwaan.
Allah SWT. menunjukkan tanda-tanda orang bertaqwa, misalnya termaktub dalam al quran sebagai berikut;
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Q.S Ali Imran 134-136).
Bagi orang-orang bertakwa, menginfakkan sebagian harta itu sudah menjadi budaya. Terlepas dalam keadaan sempit ataupun lapang, ia tetap melakukanya. Dirinya, dilatih untuk dapat mengendalikan amarah. Ia berhati lapang untuk memaafkan kesalahan orang lain. Selanjutnya, orang-orang yang bertakwa itu, rupanya orang-orang yang selalu berupaya untuk mengingat Allah. Apabila melakukan suatu kesalahan, ia bersegera memohon ampunan dari setiap dosa yang dilakukan. Memohon ampun atas dosa kepada Allah SWT. bisa dilakukan secara langsung. Beristighfar dan berjanji untuk tidak mengulangi. Sedangkan dosa kepada sesama, ia meminta secara tulus untuk dimaafkan. Orang-orang seperti itu, akan mendapat balasan dari Allah berupa syurga, yang ia akan kekal di dalamnya. Wallahu a’lam.
Semoga kita diberi kemampuan oleh Allah SWT. untuk menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik lagi. Akhir kalam. taqabbalallahu minna waminkkum.
Wassalamu alaikum w.w
Leave a Reply